Kliping Email Group

Belajar Pada Sebuah Batu

Share on :
http://emailbisnismarketing.blogspot.com



Seorang pelajar dari Rajashtan gagal pada ujian sekolah lanjutannya. Tahun depannya dia ikut lagi, dan masih saja gagal. Setelah gagal tiga kali, tahun berikutnya dia sangat malu terhadap keadaannya, sehingga dia meninggalkan rumah. Tak mampu menampakkan mukanya kepada keluarganya. 


Dia hanya berjalan tanpa tujuan. Setelah lama berjalan, dia berhenti pada sebuah sumur, dengan maksud ingin menghilangkan dahaga. Wanita dan anak-anak berkumpul di sekelilingnya. Mereka mengisi tempayan-tempayan secara bergiliran. Di sana dia menangkap suatu tanda. Tanda kecil yang sangat berharga. Dia benar-benar tergerak, dan hausnya telah hilang. Dia sangat heran, ketika dia berpikir bahwa dirinya telah menemukan sesuatu yang jauh lebih besar, dibandingkan air yang mulanya dia cari. Apa yang terjadi sebenarnya hanyalah peristiwa sederhana. Orang-orang kampung yang mendatangi sumur mengambil air. Biasanya mereka membawa dua tempayan yang terbuat dari tanah. Mereka akan meletakkan satu tempayan, di atas sebuah batu dekat sumur. Sementara yang satunya diikat dengan tali, dan diturunkan ke dalam sumur untuk mengambil air. Kekagumannya, bagian batu yang menjadi tempat menaruh tempayan tergesek, dan ada lubang di sana. Pikirannya, tempayan terbuat dari tanah, namun ketika diletakkan di atas tempat yang sama berulang-ulang, kan mengikis batu, benda yang lebih keras dari tanah. Benda yang kuat kalah dengan yang lemah, hanya melalui perbuatan yang berulang-ulang. "Kemudian, mengapa aku tidak berhasil dalam ujian jika aku begitu sabar? Aku yakin dapat mengatasi rintangan-rintangan, dengan usaha yang lebih besar dalam pelajaran-pelajaran," pikirnya dalam hati berapi-api. 


Pemikirannya, mendorong dirinya menuju pemberhentian bus. Segera ia putuskan untuk pulang dan mulai bekerja keras untuk belajar sekali lagi. Tahun berikutnya, dia ikut untuk yang keempat kalinya dalam ujian sekolah lanjutan. Mengagumkan sekali, kali ini hasilnya berbalikkan dengan yang sebelumnya. Hasilnya sangat memuaskan, bahkan dia mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Setelah gagal tiga kali akhirnya dia mengenal dirinya. 


Pelajaran dari batu itu seperti mukjizat baginya, dan telah mengubah seluruh sikapnya. Pelajar yang mulanya lari dari kenyataan karena tidak mampu menerima kenyataan, kini telah datang untuk menjadi yang nomor satu dalam semua ujian yang dia ambil. 


Mungkin, ini satu-satunya kejadian di desa terpencil. Namun, sebenarnya di setiap tempat ada sebuah "batu" yang menunjukkan kekurangan dan kegagalan seseorang. Batu dapat mengajari seseorang, suatu pelajaran yang membuatnya menerima pesan-pesan yang dibawa. Hanya dengan mau melihat "batu" seperti itulah, permasalahan yang tepat dapat kita temukan. 


Sukses Bermodal Kegagalan 


-Maulana Wahiddin Khan-

0 komentar on Belajar Pada Sebuah Batu :

Post a Comment and Don't Spam!