Kliping Email Group

EMOSI SESAAT

Share on :
http://emailbisnismarketing.blogspot.com
 


Dengan menggunakan interphone saya bertanya sesuatu kepada satu kolega yang baru saja tiba di ruang kerjanya. Dengan suara gemetar ia berkata:"Maaf pak, saya sedang emosi nih jadi belum dapat menjawabnya sekarang. Saya mau resign!". Saya kaget mendengarnya, namun karena ia menjawab dengan nada masih memendam amarah, maka pertanyaan tak saya lanjutkan. "Pak saya pulang sekarang," ia menyambung kembali melalui interphone, padahal baru jam 10.30. Berarti ada yang tidak beres nih, namun karena bukan urusan saya ya saya kembali bekerja seperti biasa. Namun saat istirahat makan siang saya bertanya kepada teman yang lain tentang tindakan teman yang emosi tadi. Ternyata ia sedang marah bahkan meledak-ledak kepada atasan kami – country director – saat rapat bersama beberapa manajer yang lain. Bahkan ia langsung ke luar ruang rapat tanpa permisi walau rapat belum berakhir.

Sorenya saya telepon dia agar menenangkan diri dahulu dan jangan terburu nafsu untuk resign. Bila perlu besok tak usah masuk bekerja dahulu biar pikiran lebih tenang dan dapat berpikir lebih jernih. Saat itu ia menjelaskan kenapa ia sampai emosi dan meledak di hadapan bos, ia merasa kesal sekali karena merasa telah mengerjakan suatu perencanaan proyek seperti saran atasan namun ternyata dinyatakan salah. Di perusahaan multinational (dari USA) tempat kami bekerja dahulu memang biasa beradu argumentasi antara sesama kolega maupun dengan atasan saat mencari pilihan terbaik dari tindakan yang akan dilaksanakan untuk menuju target. Meski demikian atmosfir keindonesiaan tetap dipakai, karena country director dan anak buahnya semua adalah orang lokal.

Yang bernama emosi memang muncul seketika dan sebenarnya kalau tidak diikuti terus akan reda dengan sendirinya. Terlebih ketika si pemilik emosi mau merenungkan dan menganalisa kejadian itu dengan kepala dingin. Begitu juga dengan teman yang emosi di atas, keesokan harinya ia masuk kerja kembali dengan wajah yang biasa dan sudah hilang emosi di dadanya. Ia sudah dapat bercanda kembali dan tidak lagi ada kata resign di kepalanya. Ia bahkan belum juga pindah kerja meski country director telah hijrah keperusahaan lain, beberapa bulan kemudian.

Bagaimana kalau kita yang mengalami emosi saat berhadapan dengan orang lain? Rasanya sulit untuk tidak menggebrak meja jika dalam pembicaraan ada yang sudah kita anggap keterlaluan. Namun sebaik-baik manusia tetap orang yang dapat meredam emosi tersebut dengan sesegera mungkin. Caranya, dapat ke luar ruangan sambil memikirkan tindakan kelanjutannya yang lebih baik dan bukan meneruskan emosinya kepada benda atau orang lain. Atau mengakhiri pembicaraan dan kemudian mendengarkan musik, menonton acara hiburan di televisi, atau sekedar jalan-jalan di mal hingga aliran adrenalin dirasa menurun. Bagi yang menyukai olah raga dapat melampiaskan tenaga yang terkumpul untuk melakukan gerakan yang melelahkan seperti memukul bola di driving range, berenang, tinju bayangan.

Persembahan
Fikri C. Wardana
Penulis buku sales & marketing dan trainer di
fms training & seminars

0 komentar on EMOSI SESAAT :

Post a Comment and Don't Spam!