Kliping Email Group

Kerang Mutiara atau Kerang Rebus ?

Share on :
http://emailbisnismarketing.blogspot.com

 
(Kisah nyata dr seorang Trainer n Pebisnis Sukses)

Layaknya transmigran lain di Lampung, kami sekeluarga juga tinggal ditengah hutan. Ini saya alami hingga duduk di kelas 4 SD.
Kampung terdekat -sekitar dua kilometer jauhnya-dengan gubuk kami, bernama Rejomulyo, Kec Tanjung Bintang, Lampung Selatan.
Mayoritas penduduknya beretnis Jawa. Melanjutkan sekolah hingga SMP adalah prestasi luar biasa dikampung itu. Amat langka ditemui anak-anak kampung rejomulyo duduk dibangku SMP.

Gubuk kami terbuat dari Bambu (Gedhek), atap nya berselimut ilalang. Ini bukan gubuk sembarang gubuk. Lantainya terbuat dari bilahan bambu dan jauh dari tanah alias gubuk panggung.

Didepan gubuk mengalir sungai kecil dengan air yang sangat jernih. Di sungai
itulah, setiap hari, sy, adik dan kakak mandi. Bukan hanya untuk mandi, sungai itu juga sumber lauk pau kami. Kami sering memancing ikan di sungai itu, juga rawa kecil dekat itu.

Pernah, saat saya memancing dirawa, Bapak datang disebelah saya. Ia berkata "Mil bapak mau cerita, mau denger ?" Saya mengangguk. "Kamu tau proses terjadinya mutiara ?" Tanya bapak saya, sy menggelengkan kepala.

Sambil merangkul pundak, beliau melanjutkan ceritanya. "waktu kerang muda mencari makan atau bergerak untuk pindah, ia akan membuka cangkah penutup badanya. Buka....tutup....buka....tutup. Nah, suatu kali, disaat cangkah itu terbuka, sebutir pasir masuk kedalam cangkah kerang itu. Sang kerang kecil pun menangis memanggil-manggil ibunya. "Bu sakit bu.... Ada pasir masuk kedalam tubuhku."
Sang ibu menjawab, "Sabar ya Nak, jangan pedulikan sakit itu, bila perlu berikan kebaikan kepada sang pasir yang telah menyakitimu itu. Kerang muda pun menuruti nasihat ibunya. Ia menangis, tapi air matanya ia gunakan untuk membungkus pasir yang masuk kedalam tubuhnya itu. Hal itu terus menerus ia lakukan. Dengan baluran air mata itu, rasa sakitnya pun berangsur berkurang bahkan kemudian hilang sama sekali.

Beberapa saat kemudian, kerang-kerang itu dipanen, Kerang yang ada pasirnya dipisahkan dari kerang yang tidak ada pasirnya. Kerang tak berpasir dijual secara obral dipinggir jalan menjadi "kerang rebus". Sedangkan kerang yang berpasir sijual ratusan bahkan ribuan kali lipat lebih mahal dibandingkan kerang tak berpasir. Mengapa begitu ? Karena pasir yang ada di dalam kerang itu telah berubah menjadi inti mutiara. Ya.... Butiran pasir itu telah dibalut dengan lapisan air mata menjadi mutiara."

Setelah menarik napas panjang, bapak melanjutkan, "kalau kamu tidak pernah mendapatkan cobaan, kamu akan menjadi seperti kerang rebus atau kerang yang tak ada harganya. Tapi kalau kamu mampu menghadapi cobaan, bahkan mampu memberikan manfaat pada orang lain ketika kamu sedang mendapat cobaan, kamu akan menjadi mutiara,"

"Nak.... Kamu memilih jadi apa ? Kerang rebus atau kerang mutiara?" Tanya bapak." Kalau kamu memilih jadi kerang rebus, kamu akan dijual secara obral dipinggir jalan. Sebaiknya, kalau memilih menjadi mutiara, kamu akan berada di tempat-tempat terhormat dan juga dipakai orang-orang terhormat. Harga mu mahal. Hidup adalah pilihan nak.... Terserah kamu. Kamu boleh pilih menjadi kerang rebus atau kerang mutiara. Kamu pilih jadi kerang apa ?" Dengan lantang saya menjawab "aku memilih jadi kerang mutiara, pak." Bapak segera menanggapi," Nak, kalau kamu memilih jadi kerang mutiara, kamu tidak boleh cengeng karena kita tinggal dihutan. Kamu tidak boleh sedih tiap kali mau berangkat sekolah."

Cerita itu sangat mempengaruhi hidup saya. Ketila saya harus mencari biaya sendiri untuk SPP. Selepas subuh, saya harus pergi kek kebun karet untuk mengumpulkan getah karet (latex) yang telah membeku dari perkebunan karet. Pekerjaan itu bisa saya tuntaskan sebelum jam tujuh pagi. Saya dibayar empat ribu rupiah setiap bulan untuk. Pekerjaan itu.

Karena pekerjaan itu, aroma tak sedap menempel ditangan saya. Walau berulang kali dicuci dengan sabun wangi, bau itu tetap bercokol. Sesampainya disekolah, tangan saya sering dicium kemudian diludahi oleh temen-temen sekolah. Dalam keadaan begitu, saya teringat kisah kerang mutiara dan kerang rebus dari Bapak. Cerita itu membuat saya kuat menghadapi cobaan hidup.

Kisah kerang rebus dan kerang mutiara juga yang memberi energi lebih pada saya untuk bersepeda lebih dari 40 km setiap hari untuk pergi ke SMAN Way Hali diBandar Lampung. Baju seragam sekolah yang saya kenakan biasanya basah kuyup sesampainya disekolah dan dirumah. Kayuhan kaki itu tidak sia-sia, saya selalu mampu menduduki rangking pertama selama bersekolah di SMA itu.

Cerita kerang rebus dan kerang mutiara pula yang menguatkan saya saat diterima di IPB tanpa Tes. Walau itu Bapak tak punya uang sepeserpun untuk mengongkosi saya berangkat ke Bogor, lalu, Bapak dan saya mendatangi salah seorang penduduk kampung yang kaya. Setelah berbasa-basi sebentar, Bapak pun mengtaran maksud dan tujuanya. "Alhamdulillah pak, jamil diterima diIPB. Dalam surat undangan ini Jamil harus membawa uang seratus lima puluh ribu rupiah. Saya tidak punya uang untuk memberangkatkan dia. Tolong saya dipinjami uang tiga ratus ribu rupiah saja."

Respon sang orang kaya tak saya duga. Sambil menghisap rokok, dia menjawab, "Wah hebat bisa diterima di IPB, tapi kalau ngak punya uang ya ngak usah panjang angan-angan, Sudah tau miskin, Ngak punya uang lha kok mau kuliaj. Baru mau berangkat kuliah saja sudah pinjam. Bagaimana nanti biaya bulananya? Apakah bertahun-tahun mau pinjam uang terus?" Masih banyak lagi deretan kalimat yang nadanya melecehkan dan menghina.

Baru kali ini saya mendengar orang tua saya dihina sedemikian rendah dan hinanya. Saya hanya bisa menangis. Butiran air mata tumpah mengalir ke pipi. Saya tak berani menatap wajah orang kaya harta, namun miskin kata-kata bijak itu. Setiap mendengar kata-kata orang kaya itu, air mata selalu mengalir. Saya biarkan air mata itu terus mengalir sebab saya merasa itu adalah butiran air mata kerang belia yang sedang membungkus pasir.

Dongeng kerang rebus dan kerang mutiara menguatkan saya ketika saya harus menuntaskan pendidikan S-1 dan S-2 di IPB. Kisah Ini menjadi penguat diri saat harus menghadapi berbagai problema hidup. Memang, saya telah memutuskan untuk terus menjadi kerang mutiara, bukan kerang rebus. Bagaimana dengan Anda ?Semoga bermanfaat :)

Moc Gozhali

0 komentar on Kerang Mutiara atau Kerang Rebus ? :

Post a Comment and Don't Spam!